Terbesar di Kaltim, Patung Bung Karno akan Berdiri di Sangasanga
2 min readTENGGARONG. Wakil Bupati (Wabup) Kutai Kartanegara (Kukar), Rendi Solihin, memberikan perhatian khusus terhadap kemajuan sektor pariwisata di Kecamatan Sangasanga. Hal tersebut diungkapkan Rendi –demikian Wabup Kukar ini akrab disapa– saat menghadiri Peringatan Peristiwa Merah Putih Sangasanga ke-77, berlangsung Sabtu (27/1).
“Banyak titik di Sangasanga ini bisa menjadi lokasi khusus untuk mengenang jasa para pejuang. Salah satunya Museum Merah Putih yang menyimpan berbagai benda sejarah masa lalu. Seperti foto pejuang Merah Putih Sangasanga sampai replika senjata dan benda-benda antik zaman dulu,” kata Rendi.
Tidak hanya itu, Pemkab Kukar juga berencana membangun patung Proklamator Indonesia, Ir Soekarno atau Bung Karno di Kota Juang, Sangasanga tersebut. Bahkan patung Bung Karno ini diproyeksi menjadi terbesar di Kalimantan Timur (Kaltim).
“Patung proklamator akan berdiri di Sangasanga. Ini diproyeksi menjadi terbesar Kaltim. Sebagai bagian upaya kami menarik wisatawan ke kota perjuangan ini (Sangasanga, Red),” ujarnya lagi.
Dalam kesempatan tersebut, Rendi Solihin berpesan, agar peristiwa Merah Putih Sangasanga ini bisa menjadi teladan dan semangat generasi penerus bangsa. Mengingat banyaknya pejuang yang gugur karena ingin mempertahankan keberadaan Sangasanga. Perlawanan rakyat Sangasanga 77 tahun silam ini membuktikan mereka tidak rela dijajah oleh negara Belanda.
“Ini harus menjadi semangat bagi generasi muda. Saat ini kita tidak perlu lagi berkorban nyawa, tapi kita perlu bangkitkan semangat untuk membangun Kukar. Berkolaborasi membangun, sehingga bisa membayar semua pengorbangan para pejuang,” tambah Rendi.
Sebagai informasi, Peringatan Peristiwa Merah Putih Sangasanga merupakan momen mengingat dan menghargai jasa pahlawan berjuang melawan penjajahan Belanda. Berawal ketika tentara Belanda (NICA) pada 1945 menguasai Sangasanga yang kaya sumber minyak. Berdasarkan catatan yang dimiliki markas ranting LVRI Sangasanga, hal itu membuat rakyat Sangasanga bersikeras mengusir Belanda dengan melakukan perlawanan tiada henti.
Pejuang Sangasanga pun mengadakan rapat dan tercetuslah rencana merebut gudang senjata Belanda dengan cara mengalihkan perhatian penjajah kepada berbagai keramaian kesenian daerah pada 26 Januari 1947. Di tengah keramaian itu, para pejuang membagikan senjata dan amunisi untuk merebut kekuasaan pada pukul 03.00 wita dini hari 26 Januari 1947.
Perjuangan pun berhasil. Sehingga pada pukul 09.00 wita kota Sangasanga berhasil dikuasai pejuang, ditandai dengan diturunkannya bendera Belanda di Sangasanga Muara oleh La Hasan. (and)